Apakah manusia itu mengira bahawa mereka dibiarkan saja mengatakan 'kami telah beriman' sedangkan mereka tidak diuji?" "Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang yang dusta,". Melalui dalil ini, orang yang insaf akan sentiasa diuji.
“Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan “Kami telah beriman”, dan mereka tidak diuji? Dan Sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Al-Ankabut 2-3Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa rangkaian ayat ke-2 dan ke-3 dalam Al-Ankabut di atas menegaskan bahwa setiap orang yang telah mengikrarkan diri bahwa dia seorang mukmin, maka pasti dia akan diuji oleh Allah Swt dengan beragam bentuk ujian untuk membuktikan keimanannya menambahkan, bahwa ujian adalah sunnatullah yang berlaku pada setiap umat, setiap individu. Maka, tidak ada seorang pun yang terlepas Ali Al-Shabuni, ketika menafsirkan rangkaian ayat ke-3 dari surat al-Ankabut tersebut menyatakan bahwa tujuan hadirnya ujian dan cobaan hidup itu untuk membedakan siapa yang benar-benar beriman penuh kesungguhan dan siapa yang berdusta akan keimanannya antara cara Allah untuk membuktikan keimanan seseorang adalah dengan menghadirkan ujian kepadanya. Ya, ujian adalah salah satu cara untuk megukur kadar keimanan orang yang diuji dengan kesulitan ekonomi. Ada yang diuji dengan sakit yang tak kunjung sembuh. Ada yang diuji dengan ditinggalkan oleh orang-orang yang dicintainya. Ada yang diuji dengan sulitnya mendapatkan jodoh. Dan ada pula yang diuji dengan tidak memiliki beragam ujian tersebut, ada orang yang tetap teguh pada keimanannya. Alih-alih mengeluh, meratapi nasib, mengutuk keadaan, menyesali kondisi yang tengah dialaminya, dia justru menjadi seorang mukmin yang semakin kuat dan tangguh keimanannya. Dia yakin sepenuh hati bahwa beragam ujian yang Allah hadirkan mengandung hikmah serta pelajaran berharga dalam sisi lain, ada orang yang menyikapi segala ujian dan cobaan yang menimpanya dengan mengeluh, meratapi keadaan, mengutuk nasib, bahkan tidak jarang mempertanyakan keadilan Allah. Dia tidak sabar dengan kesulitan ekonomi yang dihadapinya, sedih berkepanjangan karena ditinggal oleh orang yang dicintainya, terus berkeluh kesah dengan sakit yang dideritanya, menyesali sulitnya mendapatkan jodoh, serta menggugat keadilan Allah karena tidak hadirnya keturunan. Dia berburuk sangka kepada Allah. Dia hanya fokus melihat sesuatu yang tidak dimilikinya, tidak memperhatikan apa yang telah kalau dia mau berpikir jernih, nikmat yang telah Allah berikan kepadanya jauh lebih besar daripada kekurangan’ yang ada padanya. Seandainya dia menghitung nikmat Allah yang sangat besar itu, pasti dia tidak akan bisa menghitungnya. Kalaulah dia mau terus menerus mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepadanya, maka pasti Allah akan menambah nikmat-Nya dua kondisi berbeda dalam menyikapi ujian dan cobaan hidup, yang biasa kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dua kondisi tersebut mencerminkan tingkat keimanan yang tetap teguh istiqamah pada keimanannya, meskipun badai ujian dan cobaan datang silih berganti menghadangnya, akan semakin tinggi kualitas keimanannya. Malaikat akan turun’ membantunya dan memberinya kabar gembira atas usahanya mempertahankan keimanan dalam dirinya.“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan bergembiralah dengan jannah surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” Fushshilat 30Sedangkan mereka yang berputus asa atas ujian yang menimpanya, Allah samakan mereka dengan orang-orang kafir yang terputus dari rahmat Allah.“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir.” Yusuf 87.Diriwayatkan dari Ibn Abbas bahwa ada seorang lelaki yang berkata “Wahai Rasulullah, apa itu dosa besar?” Rasulullah saw. menjawab, Syirik kepada Allah, pesimis terhadap karunia Allah, dan berputus asa dari rahmat Allah’.” HR. Al-BazzarDengan sejumlah keterangan tersebut di atas, jelaslah bahwa ujian pasti akan datang dalam beragam bentuk kepada setiap manusia, lebih-lebih kepada mereka yang telah mengikrarkan diri beriman kepada Allah beragam ujian dan cobaan tersebut, dapat diketahui siapa di antara manusia yang paling baik amalnya, yaitu siapa yang paling teguh menjaga keimanannya, dan siapa yang mudah goyah bahkan runtuh bahwa karena engkau telah menyatakan diri sebagai orang yang beriman, maka engkau pasti akan diuji. Demikian kira-kira pesan al-Qur’an kepada a’lam bi al-shawab….* Ruang Inspirasi, Selasa, 7 September
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami Telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?" (Al-Quran Surat Al -Ankabuut Ayat 2) "Dan Sesungguhnya kami Telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, Maka Sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan Sesungguhnya dia mengetahui orang-orang yang dusta."
Jenis-Jenis Ujian Keimanan bagi Umat Islam Kesenangan, Kesusahan, Perintah, Larangan, Musibah sesuai Kadar Keimanan. UMAT Islam di seluruh dunia akan terus mendapatkan ujian keimanan dari Allah SWT. Ujian iman bagi kaum Muslim ini bahkan muncul sejak agama Islam diturunkan ke SWT akan menguji kesungguhan keimanan kaum Muslim dengan banyak ujian sehingga diketahui siapa yang benar-benar beriman atau pura-pura beriman alias berbohong; siapa yang sabar, siapa yang kufur, siapa yang munafik, dan siapa yang siap berjihad atau yang lari dari medan jihad kerena lemah iman."Apakah manusia itu mengira, bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, sehingga Allah mengetahui orang-orang yang benar dan pendusta.” QS Al-Ankabut [29] 2-3."Apakah kalian mengira akan dapat masuk surga sedang belum datang kepada kalian cobaan sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kalian? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan serta digoncang dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat” QS. Al-Baqoroh [2] 214."Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu, dan belum nyata orang-orang yang sabar.” Ali Imron [3] 142“Allah sekali-kali tidak akan membiarkan orang-orang yang beriman dalam keadaan kamu sekarang ini, sehingga Dia menyisihkan yang buruk Munafik dari yang baik Mukmin…” QS Al-Baqoroh [2] 179.Ujian Keimanan Kesenangan dan KesusahanSecara umum, Allah SWT menguji keimanan kaum Muslim itu dengan dua jenis ujian, sebagaimana dinamika dan ketentuan yang berlaku dalam kehidupan di dunia1. Kesenangan atau kenikmatan2. Kesusahan atau kesengsaraan," Sungguh akan kami uji iman kalian dengan kesusahan dan dengan kesenangan. Dan hanya kepada Kamilah kalian akan dikembalikan…” QS Al-Anbiya’ [21] 35“Dan sungguh akan Kami uji iman kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” QS Al-Baqoroh [2] 155.Muslim atau mukmin yang benar-benar beriman, akan menghadapi ujian kesenangan dengan bersyukur, yaitu1. Menyadari nikmat itu dari Allah SWT2. Secara lisan memuji-Nya -mengucapkan hamdalah, Mempergunakan nikmat itu untuk ibadah dan kebaikan semata. Nikmat harta, misalnya, dengan cara mengeluarkan zakat, infak, sedekah, dan mendukung dakwah berupa kenikmatan atau kesenangan ini merupakan ujian terberat karena bisa membuat orang lupa diri, lupa Allah, dan sombong atau takabur, sebagaimana ucapan Nabi Sulaiman"Karunia ini merupakan pemberian Rabbku untuk menguji imanku, apakah aku bersyukur atau aku kufur. Siapa bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, sedang siapa kufur, sesungguhnya Rabbku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” QS An-Naml [27] 40.Ujian kesusahan dihadapi dengan sabar, yakni menyadari kesengsaraan itu datang dari Allah SWT sebagai adzab, balasan kemaksiatan, atau untuk meningkatkan keimanan dan membersihkan dosa-dosa. Kesusahan dihadapi juga dengan tobat dan mohon ampunan kepada-Nya istighfar."Musibah berupa apa saja yang menimpa orang Muslim akan menyebabkan Alah menghapuskan dosanya, walaupun musibah itu hanya berupa duri yang menusuknya” HR. Bukhari."Dan berikanlah berita genbira kepada orang-orang yang sabar. Yaitu orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya” QS Baqoroh [2] 155-156.Ujian Keimanan Perintah & LaranganUjian keimanan secara umum adalah perintah dan larangan Allah SWT. Dalam Islam ada hal yang wajib dilakukan, seperti dalam Rukun Iman dan Rukun Islam, dan ada hal yang tidak boleh dilakukan, seperti perbuatan keji dan menyekutukan Allah SWT"Katakanlah “Rabb-ku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, mengharamkan mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu, dan mengharamkan mengada-adakan terhadap Allah apa saja yang tidak kamu ketahui.” QS Al-A’raf [7] 33.Ujian Keimanan Sesuai dengan Kadar ImanAllah SWT akan menguji seorang mukmin sesuai dengann kadar keimanannya“Ya Rasulullah, manusia mana yang paling berat menanggungkan bala’ ujian iman?”. Jawab Nabi “Para Nabi, kemudian yang seumpamanya. Kalau seseorang ringan lemah dalam din agama-nya, maka ia diberikan cobaan sesuai dengan kadar din-nya. Dan kalau agama seseorang kuat, maka kadar ujian iman yang Allah berlakukan terhadap dirinya berat. Senantiasa seorang hamba menerima bala’, sehingga dosanya hapus” HR Bukhari.Demikianlah jenis-jenis ujian keimanan bagi Umat Islam. Semoga kita dan senantiasa mampu menghadapinya dan lulus dari ujian-Nya. Amin...!Wallahu a'lam bish-shawabi.
Artinya: " Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) setelah mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi? Dan niscaya sungguh Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar/ jujur dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta (QS
JAKARTA -Melewati masa-masa sulit seperti yang kita alami sebagai umat Islam saat ini, cukup melegakan membaca janji Allah dalam Al quran. Namun sebuah pemikiran yang muncul di benak setiap orang adalah, Mengapa kita harus melalui kesulitan di tempat pertama? Mengapa Allah tidak menjadikan hidup kita penuh kemudahan?Melansir laman Ada tujuh alasan yang terdapat dalam Alquran seseorang diuji, di antaranya, Pertama, untuk melihat iman seseorang surat Muhammad ayat 4فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ حَتَّىٰ إِذَا أَثْخَنْتُمُوهُمْ فَشُدُّوا الْوَثَاقَ فَإِمَّا مَنًّا بَعْدُ وَإِمَّا فِدَاءً حَتَّىٰ تَضَعَ الْحَرْبُ أَوْزَارَهَا ۚ ذَٰلِكَ وَلَوْ يَشَاءُ اللَّهُ لَانْتَصَرَ مِنْهُمْ وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَ بَعْضَكُمْ بِبَعْضٍ ۗ وَالَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَلَنْ يُضِلَّ أَعْمَالَهُمْ Maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir di medan perang, maka pukullah batang leher mereka. Selanjutnya apabila kamu telah mengalahkan mereka, tawanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan, sampai perang selesai. Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur di jalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal telah menjadi sunnatullah hidup adalah ujian. Dalam surat Al Mulk 2الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْغَفُورُyang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun,Ketiga, Untuk mengetahuu orang yang dusta atau tidakأَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَApakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta. BACA JUGA Update Berita-Berita Politik Perspektif Klik di Sini
Tidakdikatakan beriman seseorang itu jika tidak diuji. Percayalah Allah adalah sebaik-baik pelindung. Aminnn #covid19 #alhamdulillah
Oleh Bahron Ansori, wartawan MINA Seringkali kita merasa sudah menjadi orang beriman, karena kita tak pernah ketinggalan sholat berjama’ah di masjid, rajin membaca al Qur’an, gemar bersedekah, sholat dhuha, banyak membantu orang lain, berbuat jujur dan sederet kebajikan lainnya yang sudah dilakukan. Benarkah kita sudah menjadi orang beriman? Pengakuan lisan boleh saja. Namun, Allah Ta’ala yang maha melihat bagaimana sesungguhnya keimanan di hati kita. Allah tidaklah membiarkan begitu saja orang yang mengaku sudah beriman, tapi ia sendiri belum diuji oleh Allah. Harus diperhatikan, ujian yang diberikan Allah Ta’ala kepada setiap hamba-Nya itu sesuai kadar keimanan hamba-Nya. Artinya, ujian itu besar kecilnya menurut takaran standar Allah, bukan standar manusia. Ada orang yang ketika diuji, menurut dia dan orang lain yang melihat ujiannya begitu berat. Namun, dia lupa bahwa Allah Ta’ala tidak pernah membebani ujian diluar batas kemampuan sang hamba itu sendiri, di sinilah letak keadilan dan kemahabesaran Allah pada setiap hamba-Nya.Qs. 2 ayat 286. Jangan mengatakan beriman jika belum Allah uji. Allah Ta’ala berfirman dalam al Qur’an, أَحَسِبَ النَّاسُ أَن يُتْرَكُوا أَن يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan, “Kami telah beriman,” sedang mereka tidak diuji lagi? “ Qs. Al Ankabuut 2. Maksud dari ayat ini bahwa Allah SWT akan senantiasa memberi ujian kepada hamba-hamba-Nya yang beriman sesuai kadar keimanan yang selama ini ia miliki. Hal ini sebagaimana terdapat dalam hadis sahih, “Manusia yang paling berat ujiannya adalah para Nabi, kemudian orang-orang saleh. Kemudian disusul oleh orang-orang mulia, lalu oleh orang-orang mulia berikutnya. Seseorang diuji sesuai dengan kadar pengamalan keagamaannya. Bila dalam mengamalkan agamanya ia begitu kuat, maka semakin keras pula cobaannya.” At-Tirmidi dan Ahmad. Surat Al-Ankabuut ayat 2 senada dengan firman Allah di surat Al-Baqarah ayat 214, اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ ۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِ ۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana yang dialami orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan dengan bermacam-macam cobaan sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya Kapankah datangnya pertolongan Allah?’ Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. Dan dalam ayat selanjutnya di surat Al Ankabuut ayat 3 Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” Hidup adalah estafet ujian Ayat 3 pada surat Al Ankabut di atas memberi gambaran kepada setiap orang beriman bahwa hidup ini hakikatnya adalah estafet ujian. Selesai Allah Ta’ala memberikan ujian yang satu, maka ujian demi ujian lain sedang menanti seorang hamba-Nya yang mukmin. Dalam ayat di atas, Allah Ta’ala mengatakan telah menguji orang-orang sebelum mereka. Dari ujian yang diberikan itu Allah akan melihat siapa sebenarnya orang-orang yang benar keimanannya. Allah juga melihat siapa di antara orang-orang yang berimannya sekedar senda-gurau dan penuh tipu muslihat serta kedustaan. Sekali lagi, setiap ujian itu ada takarannya. Takaran itu disesuaikan dengan kemampuan masing-masing hamba-Nya. Tak perlu harus mengeluh. Apalagi berputus asa. Pertanyaannya adalah sejauh mana kesiapan kita dalam menghadapi ujian tersebut. Kita tidak bisa menebak kapan dan di mana ujian itu datang menghampiri. Namun yang paling penting untuk dilakukan saat ini adalah mempersiapkan diri dengan senantiasa memohon pertolongan pada Allah Ta’ala. Ya, mempersiapkan diri kita terhadap ujian-ujian yang diberikan Allah terhadap kita. Dan tentunya berusaha menikmati’ prosesnya. Manusia seringkali mendefinisikan ujian sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan saja. Mereka lupa, bahwa hal yang menyenangkan pun merupakan sebuah ujian. Kedudukan, harta melimpah, keluarga, pengaruh dan anak yang sehat pun merupakan sebuah ujian. Karena itu, orang beriman yang kuat ketika diuji, lisannya akan mengucapkan innalillah, bukan mengeluh, frustasi, putus asa atau mengucapkan sumpah serapah atas apa yang menimpanya. Ia menyadari bahwa semuanya merupakan ketentuan dari Allah. Kesadaran dan kesabaran untuk menerima datangnya ujian adalah hal yang seharusnya terpatri kuat di setiap hati orang beriman. Laa haula wala quwwata illah billah.A/RS3/P1 Mi’raj News Agency MINA
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan : ' Kami telah beriman', sedang mereka tidak diuji lagi (2) Dan sesunggunya KAMI telah menguji orang2 yang sebelum mereka, maka sesungguhnya ALLAH mengetahui orang2 yang benar dan sesungguhnya DIA mengetahui orang2 yang dusta (3)." (Al-Qur'an, surat Al - Ankabuut (29
Firman Allah [2] Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi. [3] Dan sesungguhnya kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta [Surah al-Ankabut, 29 2-3] Terjemahan dalam Bahasa Inggeris [2] Do men think that they will be left alone on saying, We believe, and not be tried? [3] And certainly We tried those before them, so Allah will certainly know those who are true and He will certainly know the liars. [Surah al-Ankabut, 29 2-3] Menekuni bidang kejuruteraan mekanikal & aeroangkasa, berhajat menjadi seorang ahli akademik, namun dengan ketetapan takdir akhirnya memberi fokus kepada pelbagai permasalahan umat Islam yang rumit. Mempelbagaikan bahan bacaan-merangkumi ekonomi, sejarah, pemikiran dan sains sistem, psikologi, usul fiqh, tidak dilupakan al-Quran dan hadis-untuk mencari penyelesaian menyeluruh. Pernah aktif bermain bola keranjang walaupun ketinggian kurang meter. View all posts by Post navigation . 177 439 354 260 150 481 242 39

tidak beriman seseorang sebelum diuji